Senin, 20 April 2020

Serat Wulang Reh

Serat Wulang Reh
Karya sastra peninggalan Pakubuwono IV yang paling terkenal dan tersohor di masyarakat Jawa adalah Serat Wulang Reh. Serat ini merupakan kumpulan tembang karya Pakubuwono IV sebagaimana tertulis dalam serat tersebut bagian pupuh Girisa pada/bait 24 yang bunyinya sebagai berikut;
Titi tamat kang carito
Serat wawaler mring putra
Kang yasa serat punika
Nenggih Kanjeng Susuhunan
Pakubuwono ping pat
Hing galih panedyanira
Kang hamaca kang miyarsa
Yenn lalin muga helinga
Terjemahannya;
Telah tamat apa yang diceritakan
Tulisan pantangan (aturan) kepada para putra
Yang membuat tulisan ini
Adalah kanjeng Susuhunan
Pakubuwono keempat
Dalam hati diharapkan
Bagi yang membaca dan mendengar
Jika lupa semoga menjadi ingat
 Karya sastra peninggalan Pakubuwono IV yang paling terkenal dan tersohor di masyarakat Ja Serat Wulang Reh
Susuhunan Pakubuwono IV
Serat Wulang Reh ini berisi tentang pendidikan. Hal ini sesuai dengan makna yang sesuai dengan nama buku tersebut dan secara harfiahnya berasal dari 3 kata yakni kata serat yang berarti tulisan, kata wulang berarti pelajaran atau pendidikan dan kata reh yang berarti perintah. Apabila ke 3 kata tersebut digabungkan maka akan diperoleh suatu pengertian “tulisan mengenai pendidikan yang berisi pesan-pesan moral akan budi pekerti yang menuntun ke arah sikap serta perilaku yang menuntun kearah sikap dan perilaku yang baik.”
Karya tersebut selasai ditulis pada hari Ahad Kliwon tanggal 19 Besar Tahun Dal dengan candra sangkala yang berbunyi tata guna swareng nata. Candra sangkala itu merupakan bahasa sandi, yang cara menbacanya dari belakang, yang menunjukkan angka tahun Jawa 1735 bertepatan dengan tahun Masehi 1808
Serat Wulang Reh ditulis dalam bentuk tembang, dan telah dinyatakan dalam Pupuh Girisa pada/bait 22, yaitu sebagai berikut ini;
Mulane sun muruk marang
Kabehing hatmajaningwang
Sun tulis,sun wehi tembang
Darapon padha rahapan
Hanggone padha hamaca
Sarta ngrasakken carita
Haja bosen den hapalna
Hing rina wengi helinga
Terjemahan;
Maka saya menasihati pada
Semua anakku
Saya tulis, saya beri tembang
Agar kalian membaca
Serta merenungkan isi cerita (nasihat)
Jangan bosan dan hafalkan
Hendaknya kalian ingat siang dan malam

Untuk buku Serat Wulang Reh ada dua versi yakni versi aslinya dan versi reproduksi. Versi asli dari Serat Wulang Reh ditulis langsung oleh Pakubuwono IV dengan tulisan tangan, karena menggunakan tulisan tangan maka karya inilah yang benar-benar asli. Sebab itulah buku versi aslinya hanya ada satu dan tidak mudah untuk didapatkan. Sedangkan untuk versi yang kedua adalah hasil reproduksi yang diterbitkann oleh penerbit-penerbit buku di masa ini. Meskipun demikian hasil reproduksi, isi tembang dalam buku-buku hampir sepenuhnya sama, karena sudah sangat baku.
Ada 2 jenis Serat Wulang Reh yang merupakan hasil dari reproduksi. Pertama Serat Wulang Reh, tanpa tercantum nama penulis, dan terbitan Toko Buku Indah Jaya, Surakarta pada tahun 1982. Karena berbentuk tembang, Serat Wulang Reh terbagi atas beberapa tembang Macapat. Untuk yang diterbitkan Penerbit Citra Jaya Surabaya, juga sama-sama terdiri atas 13 macam tembang (pupuh). Dan untuk susunan tembang kedua buku tersebut tidak diurutkan sesuai dengan tahapan-tahapan dalam perkembangan hidup manusia. Jumlah pada/bait setiap macam tembang pada kedua buku itu tidak ada perbedaan. Lebih jelasnya alangkah baiknya perhatikan tabel perbandingan dibawah ini;
 Karya sastra peninggalan Pakubuwono IV yang paling terkenal dan tersohor di masyarakat Ja Serat Wulang Reh